Selasa, 18 November 2014

Find your great experience in Indonesia

flag and symbol of Indonesia
For you who want to go to Indonesia, we congratulate you visit our country . As with other countries in general, when you get in an airport or seaport, first you must meet are related immigration, customs, and quarantine . This is to make sure you do not bring anything that is harmful to our country . 
Immigraion, Customs, and Quarantine of Indonesia
 To immigration, you simply show your passport and your visa immediately . At some airports or seaports, we have implemented a one-stop service system . In terms of business luggage, our customs officers will review it until we are sure that you do not bring dangerous objects or forbidden goods to be circulated in our country . There is some import tax provisions in this regard, in certain limits. For quarantine, you will be checked by our officers to ensure that there is no disease or illness that you bring to our country.

Finished with three of these things, you 've been allowed to take a walk to any city you want. Indonesia is an archipelagic country, territory consists of over 17,000 islands. Only the larger islands are inhabited community . We have 33 provinces are scattered throughout the island. Our capital city is Jakarta. Around Jakarta there are big cities such as Bandung, Yogyakarta, Semarang , Surabaya, Jakarta, Bogor, Sukabumi, which are all still in the same island, namely the island of Java. 
nusantara archipelago
In addition to Java, there are five major islands that become nodes population, ie, the island of Sumatera, Kalimantan, Sulawesi island, Bali island, Nusa Tenggara islands, the islands of Maluku, and Papua island. Each of them has any big cities like Lampung, Palembang, Pekanbaru, and Medan in Sumatera island. In Kalimantan island, you can visit the city of Pontianak, Palangkaraya, Banjarmasin, and Balikpapan. In Sulawesi you can go to Makassar, Manado, and Minahasa. And you must be known about Bali, one of any beautifull place in our country.
There are many objects that you can go, which can be categorized as follows: 
  1. Place/location, either in the form of natural attractions such as mountains, forests, beaches, rivers, historic city, zoo, etc
  2. Historic sites, such as ports, temples, stone megaliths, places of worship, museums, and so on.
  3. Cultural sites, such as art galleries, local dance training centers, cultural arts center, and so on  in each province
  4. Vernacular
  5. Natural wealth, and many more 
Raja Ampat, Papua
Generally, tourists who come to our country attracted by the motto "Bhinneka Tunggal Ika" (means: unity in diversity) of our country. There are a lot of various cultural, ethnic, language, dress, music, dance, unique culinary, ethnic architecture, handicrafts , natural resources, and much more.
candi borobudur, Central Java
Wayang golek, West Java
Asmat clan, Papua
Saman dance, Aceh
If you intend to seek commodity natural result, we will be the paradise, with some reasonable conditions of course. If you intend to search for human resources, many of our citizens who excel and ready to compete. If you intend to investment, we are rapidly growing country for it.
So, congratulate to find your experience in our country. Come with your kindness, and go with a good impression of us .

Pengalaman unik dengan remaja bertato


lapak di jembatan penyeberangan
Sore itu saya dan isteri mau ngambil motor yang disimpan di penitipan motor sebelah kampus UKI. Turun dari angkot, kamipun menyeberang menggunakan jembatan penyeberangan. Isteri tertarik untuk melihat-lihat masker debu yang dipajang para penjual kaki lima di sepanjang jembatan penyeberangan.
Sambil menunggu isteri tawar menawar, saya melihat-lihat pemandangan lalu lalang kendaraan empat ruas jalan di bawah jembatan. Nawar masker saja kok pake lama. Lalu saya coba menegur isteri untuk mempercepat transaksinya. Pandangan saya sedikit terganggu begitu melihat di lengan sang penjual berbaris gambar tato, entah motif apa, mungkin motif acakadul sedang "inn" di dunia pertatoan. hehe... Seperti biasa lah, orang tatoan kan identik dengan aroma reman-remanan gitu. Maka sayapun berusaha untuk tidak terlalu banyak cakap.
masker debu
 Dengan tatapan terlempar ke arah lain, telinga saya berusaha untuk menangkap apa yang mereka bincangkan. Rupanya transaksi merembet dari sebuah masker debu ke kaos kaki dan tissue kering. Haddeuh... maklum ibu-ibu, gak besar gak kecil, namanya inspirasi belanja selalu "out of the box".
Untuk item barang masker dan kaos kaki, nampaknya sudah closing. Terakhir adalah tawar menawar tissue kering. "Mas pasnya berapa?",  tanya isteri saya mendesak. "Udah pas itu, dua ribuan satu bu..", jawab si penjual bertahan. "Hmmm...goceng aja tiga ya...", isteri saya menimpali dan berusaha closing. "Nggak dapet bu...", si penjual meyakinkan. Akhirnya isteri saya memberikan sejumlah uang untuk membayar keseluruhan item barang. Dari total Rp. 17 ribu belanja, ia menyerahkan satu lembar Rp. 20 ribuan. "Nih mas, kembaliannya ambil aja", kata isteri saya.
Saya jadi bingung dengan kelakuan isteri, tadi habis-habisan nawar, sekarang malah ngasih lebihnya. Tak lama si penjual membalas, "udah bu goceng tiga gak apa-apa". Saya tambah bingung lagi, tadi mati-matian bilang udah pas, sekarang turun harga tanpa syarat.
Isteri saya menutup transaksi dengan jawaban, "udah ganteng, buat kamu aja.." Si penjual bertato yang memang masih remaja tanggung dengan potongan mengibakan itupun hanya tersenyum dan melempar terima kasih pada isteri saya. Kamipun berlalu menuju tempat penitipan motor.
Di perjalanan pulang kamipun berbincang tentang hal tadi. Ternyata isteri saya hanya ingin meyakinkan bahwa anak tatoan itu pintar berjualan atau tidak, makanya dia coba nawar muter-muter. Tentang ungkapan "ganteng" tadi, katanya serasa sama adik sendiri, dan apresiasi buat anak semuda itu untuk hidup banting tulang.
remaja bertato
Dari kejadian tersebut, kami mengambil suatu pelajaran, bahwa setiap orang pasti punya celah dalam hatinya dimana kebaikan yang ia terima akan dia balas dengan kebaikan serupa secara refleks. Tato yang memenuhi lengannya sekalipun tak dapat menutupi "fitrah"nya sebagai manusia yang seperti kebanyakan kita, pasti memiliki sisi baik dan buruk. Jadi benarlah bait lagu Ari Lasso..."sentuhlah dia tepat di hatinya..". Tapi hal ini bukan berarti pembenaran untuk tato-tatoan lho.... sedapat mungkin dihindari lah, kan masih banyak media seni rupa yang lain..hehe
Nah demikian pengalaman saya dan isteri berinteraksi dengan orang baik bertato, atau orang  bertato yang baik, yang ternyata mereka butuh sapaan dan pancaran kasih sayang dari sesamanya. Selamat menemukan pengalaman Anda..!

Pengalaman Start Dorong Mobil

start dorong mobil
Kesalahan saya pada si VT kali ini cukup fatal. Hampir 2 minggu tak dipanasin, hasilnya, indikator aki jadi merah. Cek isinya, air sudah tinggal setengahnya. Saya pergi ke toko seberang untuk membeli air accu. "jangan yang itu pak, kalo buat nambahin air pake yang aquades aja", kata si enchi pemilik toko memberi saran pada saya. Hmm... jadi gitu ya, beda cairan antara ngisi aki (baru dari kosong) dengan nambahin. Nambah ilmu lagi deh.
aquades untuk aki
Saya beli satu botol yang seukuran dengan air mineral 1 liter. Selanjutnya saya isi masing-masing partisi/lobang pada aki. Ternyata si aki haus banget, satu botol aquades tidak cukup..hehehe... Sayapun nambah hingga hampir setengah botol aquades. 
tambah air aki
Beruntung saya mendapat bantuan untuk jumper/pancing. Setelah berhasil nyalakan mesin, beberapa saat saya biarkan mesin dalam keadaan hidup dengan maksud untuk isi aki (recharge). Tapi setelah sekian lama diisi, indikator tak kunjung berubah dari warna merah. Waduh apa lagi neh.. Akhirnya saya pikir mumpung mesin hidup, sekalian saja saya bawa untuk isi bensin ke SPBU, meski dengan 1001 rasa khawatir...takut gak mau ngangkat kalau distart biasa.
Setelah pengisian selesai, ternyata yang saya takutkan terjadi beneran. Si aki tak kuasa untuk memberi setrum ke coil, hingga mesin pun tak kunjung hidup. Waduh musti gimana neh, mana di SPBU lagi... kesel, sedih dan penasaran campur aduk. Penasaran karena saya belum punya pengalaman untuk start mesin dengan cara dorong. Hufs..! Harus ngambil keputusan tepat dalam waktu super singkat neh...! Kalau melihat caranya sih pernah, pas naik angkutan L-300 Sukabumi-Bogor, waktu itu mesin mati di jalan. Sang sopir dibantu teman dan beberapa penumpang melakukan aksi start dorong. Ya... ternyata pengalaman sekian tahun silam itu nampaknya akan bermanfaat untuk hari ini...semoga...
Akhirnya tak pikir panjang lagi, saya melambaikan tangan ke bapak Security tanda upaya sudah menyerah...hehe... maksudnya minta tolong untuk dorong si VT... Dengan sigap pak Security menuju belakang mobil dan membantu mendorong. Beruntung kondisi jalur keluar SPBU menurun cukup tajam jadi sangat membantu untuk "menggelindingkan" si VT.
ilustrasi tkp
 Saya mencoba mempraktekkan apa yang dilakukan sopir L-300 beberapa tahun silam. Saya menginjak pedal kopling, masukkan transmisi ke gigi 1, dan pas dirasa cukup kencang menurun perlahan dan agak menghentak pedal kopling saya lepas......ngguk....ngguk.... greng........ yess... mobil nyala..!!
 Syukurlah, setidaknya untuk saat itu masalah teratasi, sampai sore tadi saya baca artikel tentang start dorong yang ternyata.....horrible!! cukup berisiko buat mesin. Mudah-mudahan gak sering-sering lah, paling tidak untuk memastikan saja, kalau darurat bener, alternatif start dorong bisa dilakukan untuk mobil setua si Vantrend.
Selanjutnya saya harus memastikan untuk rajin-rajin memanasin mesin si VT kalau tidak sedang dipakai, supaya aki tidak terlalu "idle". Karena kalau tidak ada strooming, secara teori cairan aki akan menjadi air biasa (pada persentase tertentu).
tekor bbm
 Nah segitu pengalaman saya dengan start dorong. Selamat menemukan pengalaman anda..!

Minggu, 16 November 2014

Pengalaman Pertama Naik Bus APTB Ciawi-UKI


Rute Ciawi-UKI


Senang rasanya bisa merasakan secara nyata hasil kebijakan yang positif dari pemerintah.. (busyet, dalem banget..hehe). Sebagai warga Sukabumi yang "ngumbara" (kalau istilah wang awak: merantau), saya sangat berkepentingan dengan akses Sukabumi-Bogor-Jakarta. Setidaknya dalam perjalanan umbaraan saya, pernah lah ngalamin masa jaya-jayanya bus Sukabumi-Jakarta, seperti jurusan Kampung Rambutan, Pulo Gadung, Bekasi, Kalideres, dsb.

bus Sukabumi-Kalideres
 Dulu setiap bus-bus dengan rute-rute tersebut dipastikan akan melakukan transit di Cawang, tepatnya depan kampus UKI. Jadi buat saya yang bertolak dari Cicurug, mau naik bus rute manapun sama saja, karena pasti akan melewati UKI (tujuan saya Rawamangun dan pulo Gadung). Sampai akhirnya ada kebijakan larangan bagi bus-bus tersebut untuk transit di UKI. Entah apa alasannya yang jelas cukup merepotkan dan sangat memukul ritme perjalanan yang biasanya ditempuh. Jadi, bus Pulo Gadung ya harus langsung ke Pulo Gadung (direct jalan tol exit di Gudang Garam/Cempaka Putih). Untuk bus Bekasi ya harus langsung ke Bekasi, dan sebagainya. Untuk sementara tiada alternatif lain kalau mau menuju ke atau balik dari Pulo Gadung, kecuali harus ke terminal Pulo Gadung, meski masih ada harapan yaitu terminal bayangan di depan pengadilan (Cempaka Putih).
Sampai suatu musim, muncullah alternatif yang bernama "omprengan" dengan jurusan UKI-Ciawi  atau sebaliknya. Di daerah lain omprengan ini kadang diberi istilah "taksi gelap", ya mirip-mirip lah. Mobil omprengan tiada lain adalah mobil-mobil pribadi atau ex travel yang disulap menjadi mobil angkutan umum, tapi dengan pelat hitam. Tarif waktu itu adalah 10 ribu rupiah per penumpang, baik melalui Bogor atau direct ke Ciawi. Keberadaan omprengan tentu cukup melegakan bagi para penumpang seperti saya yang membutuhkan akses menuju Ciawi.
calon penumpang omprengan
 Karena saya dijodohkan dengan si Vantrend, maka untuk beberapa waktu saya tidak pernah lagi menggunakan angkutan umum, termasuk si ompreng tadi. Tapi namanya juga manusia, tak akan pernah luput dari yang namanya "pengalaman baru". Saat si VT ngadat, tentu tak ada jalan lain kecuali kembali ke habitat asli...hehehe..
Sudah sekian waktu saya tahu bahwa ada alternatif lain menuju Ciawi selain menggunakan si ompreng, yaitu armada bus APTB yang adalah singkatan dari Angkutan Perbatasan Terintegrasi Busway. Nah, Minggu pertengahan November ini adalah kesempatan saya untuk mencicipi APTB. Setelah turun dari angkot 02 jurusan Cicurug-Sukasari, saya menuju ke seberang lampu merah pasar Ciawi yang didepannya sudah berbaris beberapa armada bus AKAP, diantaranya ada yang biru-biru bertuliskan APTB. 
Bus APTB
 Tak lama setelah saya duduk di salah satu seat, si APTB langsung meluncur menuju tujuan. Cukup kaget karena seat hanya terisi penumpang tak lebih dari 1/4 nya. Wow, GPL ngetemnya! beda sama si ompreng, sang teman lama. Menjelang masuk pintu tol, sang kernet langsung memberi isyarat kepada penumpang untuk menyiapkan ongkos. Tarifnya tak jauh dari si ompreng, yaitu 14 ribu rupiah. Kalau diukur harga ongkos dengan kondisi armada bus, rasanya cukup istimewa lah.
Suasana kabin bus APTB
Tapi yang menambah rasa "ekslusif" nya adalah setelah menarik uang ongkos, si kernet memberikan bukti bayar yang tak biasanya, yaitu semacam struk debit card dari mesin gesek (EDC alias Electronic Data Capture). Lha..keren banget saya pikir. Karena selama ini semua angkutan walaupun DAMRI sekalipun masih menggunakan bukti bayar manual yaitu lembaran karcis/tiket mini. Dalam struk itu tertera nominal "Rp. 14" yang menurut saya adalah mewakili kilo/ribu, artinya Rp. 14.000 per penumpang.
bayar ongkos dikasih struk EDC
 Setelah menerima struk, pikiran saya melayang ke mana-mana. Saya berfikir, bagaimana ya sistem kerjanya. Penumpang bayar cash, terus dikasih struk. Kalau kita belanja di toko/merchant yang ada EDC nya kan masuk akal, kita kasih kartu debit/kredit milik kita, terus digesek, selanjutnya sejumlah rupiah akan terpotong dari rekening bank kita. Nah ini kan berbeda, yang terpotong seolah-olah dari rekening milik APTB nya. Atau bagaimana, kagak ngarti dah....hehehe
Tapi yang jelas, saya sangat apresiasi terhadap sistem yang dibangun untuk APTB ini (entah dari satu PO tertentu saja, atau seluruh APTB menerapkan ini). Ada upaya otomatisasi yang baik dalam menejemen keuangannya, hingga ke transaksi terkecil, yaitu "mungut ongkos". Belum lagi bicara soal ketepatan waktu dan kondisi armada yang oke. Hal ini sangat menjadi inspirasi buat saya bahwa untuk konsumen, tak perlu banyak aturan yang memusingkan, tapi cukup berikan pelayanan terbaik, maka hati mereka akan kepincut alias nyantol seawet-awetnya. Harapan saya, mudah-mudahan pelayanan dari APTB yang sudah baik ini dapat dipertahankan dan mungkin ditingkatkan. Sukses untuk APTB.
Nah itulah pengalaman pertama saya pakai APTB dari Ciawi ke UKI... bagaimana dengan sodara-sodara yang pernah mengalaminya, tentu kita akan mendapatkan "rasa yang berbeda-beda". Selamat menemukan pengalaman Anda..!